Friday, April 19, 2013

Selain Yogurt, Tempe dan Kimchi Juga Bermanfaat Untuk Pencernaan

Jakarta - Kecuali yogurt banyak makanan lain yang mengandung probiotik yang baik untuk pencernaan. Makanan hasil fermentasi seperti kimchi, miso, dan tempe juga memiliki kandungan probiotik yang sangat membantu kerja usus.

Sejak 5000 tahun lalu masyarakat sudah menemukan teknik fermentasi untuk mengawetkan makanan. Proses fermentasi ini nantinya akan merangsang pertumbuhan bakteria yang sangat bermanfaat untuk sistem pencernaan. Dilansir dalam Digestive Health Guide (18/04/2013) inilah beberapa makanan dan minuman non produk susu kaya probiotik

1. Kimchi
Sebuah studi menemukan bahwa kimchi mengandung jenis probiotik unik bernama Lactobacillus kimchii. Bersama bakteria asam laktat lainnya konsumsi kimchi bermanfaat untuk sistem pemcernaan dan imunitas tubuh kita. Selain itu, bahan pembuat kimchi seperti kubis China, wortel, jahe, bawang putih, dan cabai kaya akan vitamin A, C, B1, B2, beta-carotene, dan kalsium.

2. Tempe
Tempe terbuat dari kacang kedelai setengah matang yang difermentasi dan ditambahkan kultur aktif atau jamur bernama Rhizopus oligosporus atau Rhizopus oryzae. Salah satu bahan makanan asli Indonesia ini kaya nutrisi dan tinggi kandungan serat, protein, kalsium, vitamin B, dan zat besi.

3. Miso
Miso adalah bumbu khas Jepang yang terbuat dari kacang fermentasi kedelai, barley, brown rice, beberapa tipe grain dan jamur bernama koji (Aspergillus oryzae). Proses fermentasi yang bisa mencapai beberapa tahun menghasilkan miso berwarna cokelat kemerahan. Miso kaya akan isoflavon, protein kedelai, dan vitamin B12.

4. Teh Kombucha
Varian teh sehat ini sangat terkenal di Asia. Minuman teh yang sudah diberi gula difermentasi dengan kultur aktif kombu dan berbagai macam ragi. Fermentasi akan menghasilkan lapisan putih di atas teh yang ternyata menambahkan nutrisi asam amino, enzim, dan vitamin. Selain itu fermentasi menghasilkan asam asketik yang membunuh bakteria jahat dalam perut.

5. Kefir Soy
Kefir biasanya terbuat dari fermentasi susu kambing, tapi kedelai juga bisa menjadi alternatif sehat. Minuman kaya probiotik ini mempunyai rasa dan tekstur seperti yogurt. Lain dari yogurt, kefir mengandung bakteria Lactobacillus dan Bifidobacterium yang mendorong kesehatan pencernaan dan mencegah diare.

Deani Sekar Hapsari - detikFood

Diet Shangri-La, Berat Badan Turun dengan Minum Minyak Zaitun dan Air Gula


Jakarta
- Membatasi asupan makanan secara ketat, malah membuat para pelaku diet jadi makan berlebihan. Sebuah diet bernama Shangri-La memberikan solusi dengan memanipulasi pikiran supaya perut kenyang dan berat badan turun.

Penggagas Diet Shangri-La adalah seorang Profesor Psikologi bernama Seth Roberts, PhD. Ia mempunyai teori bahwa kita bisa mengajarkan tubuh kita sendiri untuk menginginkan makanan lebih sedikit dengan menurunkan titik berat badan yang sudah ditetapkan dalam tubuh.

Menurut Roberts, kunci diet Shangri-La adalah meneguk 1-3 sendok air gula atau 1-2 sendok makan minyak zaitun extra-light dua kali sehari setiap jeda waktu makan. Kedua bahan makanan ini menyediakan asupan kalori dengan sedikit rasa, sehingga nafsu makan akan berkurang.

Tidak ada batasan jumlah makanan untuk para pelaku diet ini. Tapi, diet Shangri-La mendorong konsumsi makanan tawar dan rendah kandungan glikemik seperti sayuran tumbuk, buah, dan makanan halus.

Untuk penurunan titik berat badan yang lebih drastis, Roberts merekomendasikan konsumsi makanan dengan rasa tidak lazim. "Ganti rasa makanan dengan sedikit perubahan, semakin tidak lazim rasa yang terasa di lidah membuat titik berat badan semakin menurun," tutur Roberts dalam buku The Shangri-La Diet (15/04/2013).

Namun, para pelaku diet dilarang untuk mengonsumsi hidangan dengan banyak bumbu yang lazim di lidah. Teorinya, jika Anda mengonsumsi beragam hidangan kaya rasa yang biasa dimakan sehari-hari, otak akan menstimulasi rasa lapar, menaikkan titik berat badan, dan mengakibatkan kenaikan berat badan.

''Orang yang melakukan diet ini merasakan rasa lapar dan dorongan ngidam lebih sedikit. Selain itu pemilihan makanan juga berubah, para pelaku diet ini lebih memilih mengonsumsi makanan sehat," tutur Roberts.

Deani Sekar Hapsari - detikFood
(odi/fit)